Politik dan Kekuasaan
Pada dasarnya tulisan ini mengarah pada jawaban atas pertanyaan: Apakah politik itu selalu berorientasi kepada kekuasaan?
Secara prinsip, politik merupakan upaya untuk ikut berperan serta dalam mengurus dan mengendalikan urusan masyarakat. Karena menyangkut kepentingan rakyat banyak dan kepemimpinan atas masyarakat luas, maka politik amat sangat dekat dengan kekuasaan. Inilah mungkin yang membuat banyak orang memutuskan terjun ke kancah politik. Karena dengan terjun ke politik, orang akan semakin dekat dengan kekuasaan. Bisa jadi inilah yang dipahami oleh kebanyakan orang.
Di sisi lain, karena politik berusaha mengurus dan mengendalikan urusan masyarakat, politik juga dapat dijadikan sarana untuk menyampaikan kebaikan dan kebenaran kepada masyarakat luas. Namun, pola ini seakan tertutupi oleh pandangan umum sebagaimana yang disebutkan di atas dan berusaha dibuang jauh-jauh dari masyarakat. Padahal, inilah sesungguhnya hakikat dari politik yang sesungguhnya, sarana untuk menyampaikan kebaikan dan kebenaran melalui orang-orang yang diserahi amanah untuk mengurus urusan masyarakat. Orang-orang yang bekerja dan diberi amanah untuk mengurusi urusan orang banyak yang dipilih melalui proses politik harus memahami hakikat ini. bahwa mereka dipilih untuk mengurusi urusan rakyat dan bekerja sebagai pelayan bagi rakyat.
Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Orang-orang yang melalui proses politik sekaligus diberi amanah untuk bekerja untuk rakyat malah menjadi orang pertama yang mengkhianati amanah itu, dengan mengedepankan kepentingan pribadi dan golongannya sendiri di atas kepentingan rakyat. Jadi, sebenarnya orang-orang yang bekerja dalam orbit politiklah, dan bukan politik itu sendiri, yang telah membuat stigma dan label bahwa politik selalu berorientasi pada kekuasaan. Orang-orang yang telah mengingkari amanah rakyatlah yang telah membuat politik, dan bekerja dalam orbit politik, itu sesuatu yang buruk dan amat lekat dengan korupsi.
Ketika ada sekelompok masyarakat berusaha memahami politik dengan benar, tidak banyak orang yang mempercayainya. Ketika ada sekelompok orang menggunakan politik untuk menyampaikan kebaikan dan kebenaran, orang menganggapnya sebagai sebuah kesia-siaan. Ketika ada sekelompok orang yang berusaha mengembalikan amanah rakyat dalam politik kepada yang berhak mengembannya dan untuk kepentingan rakyat, banyak orang yang memicingkan mata bahkan berpaling darinya.
Kita tidak berani mengakui bahwa memang ada sekelompok orang yang benar-benar memahami dan menjalankan politik dengan benar dan tetap mengikuti pandangan umum bahwa politik itu kotor.
Disini saya ingin menyodorkan suatu analogi. Sudah menjadi pandangan umum bahwa setiap laki-laki hanya memandang wanita sebagai objek seks belaka. Ini merupakan pandangan umum yang walaupun belum tentu diakui tetapi pada kenyataannya dipakai sebagai pandangan umum. Tentu tidak ada orang yang berani dan secara terang-terangan mengakui hal ini. namun pada kenyataannya pandangan ini banyak dianut oleh banyak orang.
Di lain pihak, ada sebagian kalangan dari pria yang mengingkari pandangan umum ini. menurut kelompok pria ini wanita tidak hanya sebagai objek seks belaka bahkan lebih mulia dan lebih tinggi dari ini. kalangan pria ini lebih memuliakan dan lebih menghargai wanita sebagai makhluk tuhan yang memiliki fitrah. Tentu sulit membuktikan bahwa ada segolongan pria yang menganggap wanita seperti ini, tetapi kita tahu pasti bahwa ada pria yang berpegang teguh dalam pandangan ini.
Demikian halnya dengan pandangan bahwa politik yang dipandang secara umum hanya sebagai jalan untuk mencapai kekuasaan. Pandangan ini sudah menjadi pandangan umum yang ada dalam benak banyak orang, walaupun tidak ada seorang pun yang akan mengakui hal ini. tetapi kita tahu pasti kebanyakan orang berpandangan seperti ini. ketika seorang tokoh partai ditanyakan tentang pandangannya untuk terjun ke dalam dunia politik, saya berani menjamin tidak akan keluar dari mulutnya pernyataan bahwa dia menginginkan kekuasaan. Selalu yang keluar dari mulutnya bahwa dia ingin bekerja untuk rakyat.
Namun, apakah kenyataannya demikian?
Sesuai dengan analogi tadi, ketika ada sekelompok orang yang berusaha memahami politik dengan benar, berusaha mengembalikan amanah rakyat kepada yang berhak menerima, dan bekerja untuk melayani rakyat, kita perlu memahaminya sebagai segolongan pria yang menganggap wanita lebih mulia dan lebih berharga dari sekedar objek seks belaka. Kita mungkin sulit membuktikan golongan ini benar-benar ada tetapi kita tahu mereka benar dan yakin dengan pendiriannya dan golongan ini ada.
Jadi, ketika kita mengakui ada segolongan pria yang memiliki prinsip lebih menghargai wanita sebagai makhluk yang memiliki fitrah walaupun tidak bisa dibuktikan, kita tentu juga mau tidak mau harus mengakui bahwa ada sekelompok orang yang memang sungguh-sungguh berusaha memahami politik dengan benar sesuai dengan hakikatnya.
Orang-orang yang berusaha memahami politik dengan benar ini tidak menjadikan kekuasaan sebagai tujuan akhir, tetapi justru dengan kekuasaan itulah mereka baru memulai sebuah usaha yang lebih tinggi dan lebih mulia, menjadi pelayan bagi rakyat dan bekerja untuk kepentingan rakyat.
Dan, yakinlah bahwa golongan ini ada dan jika anda meyakininya jangan ragu-ragu untuk memilih mereka.
Sumber : http://umum.kompasiana.com/2009/05/28/politik-dan-kekuasaan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar