Senin, 19 Desember 2011

PROPOSAL


FAKTOR PENDUKUNG TEKNOLOGI DI PERGURUAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perubahan paradigma pembelajaran, maka keberhasilan kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi  tidak hanya didukung dengan pengajaran oleh para dosen, Selain sumber belajar berupa perpustakaan yang tersedia di kampus sekarang ini berkembang teknologi internet yang memberikan kemudahan dan laluasa dalam menggali ilmu pengetahuan. Ternyata teknologi di zaman sekarang juga merupakan factor pendukung proses pembelajaran khususnya di perguruan tinggi. Dengan terus berkembangnya teknologi informasi dan Komunikasi sekarang ini, maka peranan komputer sebagai salah satu komponen utama dalam TIK mempunyai posisi yang sangat penting sebagai salah satu media pembelajaran.



B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan teknologi pendukung proses pembelajaran adalah optimalisasi fasilitas yang ada hingga dapat memudahkan proses pembelajaran 


C. Pembatasan Masalah

Meskipun banyak permasalahan yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber belajar dalam proses pembelajaran, namun dalam penelitian ini hanya membatasi pada masalah teknologi sebagai pendukung pembelajaran


D. Perumusan Masalah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1.       Apakah fasilitas teknologi di perguruan tinggi mendukung mahasiswa dalam kegiatan belajar?

2.       Alasan apa yang memotivasi mahasiswa memanfaatkan teknologi sebagai sumber belajar?

3.       Faktor apa sajakah yang mendukung dan menghambat mahasiswa untuk memanfaatkan teknologi sebagai sumber belajar ?



E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

  1. Alasan yang memotivasi mahasiswa untuk memanfaatkan teknologi sebagai sumber belajar
  2. faktor –faktor yang mendukung dan menghambat mahasiswa memanfaatkan teknologi sebagai sumber belajar



F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

a.      Bagi mahasiswa, untuk lebih meningkatkan pemanfaatan teknologi internet sebagai sumber belajar, sehingga mempercepat masa studinya.

b.      Bagi program studi, sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan dan program kerja yang berkaitan dengan fasilitas sumber belajar.

c.       Bagi peneliti, sebagai dorongan untuk lebih meningkatkan penguasaan teknologi informasi sehingga dapat memperbaiki kemampuan dalam mengajar.




BAB II 



A. Landasan Teori

Penggunaan dan pemanfaatan teknologi informatika (IT) di perguruan tinggi saat ini semakin ramai, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya pengakuan dari sejumlah perguruan tinggi yang menyebutkan bahwa sudah memanfaatkan IT melalui pengadaan Information Communication Technology (ICT) disertai dengan sejumlah implementasinya dalam proses pendidikan reguler. Interaksi antara dosen dan mahasiswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media komputer, internet, e-mail, dsb.



B. Hipotesis

e-Learning adalah pembelajaran yang memerlukan alat bantu elektronika. Bisa berupa technology base learning seperti audio dan video atau web-base learning (dengan bantuan perangkat computer dan internet). Dengan demikian maka e-learning adalah pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio, vidiotape, transmisi satellite atau komputer.



BAB III METODOLOGI PENELITIAN



A. Tempat dan Waktu Penelitian

Hari                 : Selasa

Tanggal            : 20 Desember 2011

Tempat             : Depok
B. Metode Penelitian yang digunakan

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka yang mencari informasi tambahan melalui internet dan buku.


C. Teknik analisis Data

Data yang terkumpul akan dianalisis secara deskriptif dengan tabulasi dan persentase.

Minggu, 30 Oktober 2011

Hakikat Penalaran

Hakikat Penalaran

Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran. Penalaran merupakan proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
C. Ciri-ciri Penalaran :
  1. Adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika( penalaran merupakan suatu proses berpikir logis ).
  2. Sifat analitik dari proses berpikir. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Perasaan intuisi merupakan cara berpikir secara analitik.
Cara berpikir masyarakat dapat dibagi menjadi 2, yaitu : Analitik dan Non analitik. Sedangkan jika ditinjau dari hakekat usahanya, dapat dibedakan menjadi : Usaha aktif manusia dan apa yang diberikan.
Penalaran Ilmiah sendiri dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
  1. Deduktif yang berujung pada rasionalisme
  2. Induktif yang berujung pada empirisme
Logika merupakan suatu kegiatan pengkajian untuk berpikir secara shahih
Contoh :
  • Ketika seorang pengemis berkata :”kasihanilah saya orang biasa”. Itu merupakan suatu ungkapan yang tidak logis.
  • Ketika seorang peneliti mencari penyebab mengapa orang mabuk? Ada 3 peristiwa yang ditemuinya
  • ada orang yang mencampur air dengan brendi dan itu menyebabkan dia mabuk
  • ada yang mencampur air dengan tuak kemudian dia mabuk
  • ada lagi yang mencampur air dengan whiski kemudian akhirnya dia mabuk juga
Dari 3 peristiwa diatas, apakah kita bisa menarik kesimpulan bahwa air-lah yang menyebabkan orang mabuk?
Logika deduktif merupakan cara penarikan kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat khusus (individual). Sedangkan logika induktif merupakan cara penarikan kesimpulan dari kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir silogisme, dua pernyataan dan sebuah kesimpulan. Dan didalam silogisme terdapat premis mayor dan premis minor.
Contoh :
  • Semua makhluk punya mata ( premis mayor )
  • Si Adam adalah seorang makhluk ( premis minor )
  • Jadi, Adam punya mata ( kesimpulan )
Kriteria kebenaran :
3+4=75+2=76+1=7
Menurut seorang anak kecil, hal ini tidak benar.
Ini membuktikan bahwa tidak semua manusia mempunyai persyaratan yang sama terhadap apa yang dianggapnya benar.
Secara deduktif dapat dibuktikan ketiganya benar. Pernyataan dan kesimpulan yang ditariknya adalah konsisten dengan pernyataan dan kesimpulan yang telah dianggap benar. Teori ini disebut koherensi. Matematika adalah bentuk pengetahuan yang penyusunannya dilakukan pembuktian berdasarkan teori koherensi.
Betrand Russel.2002. Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan kondisi sosio-politik dari zaman kuno hingga sekarang (alih Bahasa Sigit jatmiko, dkk ) . Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Ismaun.2007. Filsafat Administrasi Pendidikan(Serahan Perkuliahan ). Bandung : UPI
Ismaun.2007. Kapita Selekta Filsafat Administrasi Pendidikan (Serahan Perkuliahan). Bandung : UPI


Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.

Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi(consequence).

Konsep dan simbol dalam penalaran

Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.

Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.

Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian

Syarat-syarat kebenaran dalam penalaran

Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
  • Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
  • Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.
Sumber : wikipedia Indonesia
Penalaran menghasilkan pengetahuan yang diartikan dengan kegiatan berpikir dan bukan perasaan. Dengan demikian kita patut sadari bahwa tidak semua kegiatan berpikir  menyandarkan diri pada penalaran.
Jadi penalaran merupakan kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik dalam menemukan kebenaran.
Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Karena tidak semua cara berpikir manusia itu sama oleh sebab itu kegiatan proses berpikir untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itu pun juga berbeda-beda. Penalaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran dimana tiap-tiap jenis penalaran mempunyai criteria kebenaran masing-masing.
Penalaran mempunyai cirri-ciri tertentu :
  1. Suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika.
Dalam hal ini bahwa tiap bentuk penalaran memiliki logika tersendiri atau disebut juga dengan kegiatan penalaran merupakan suatu proses berpikir logis.
  1. Penalaran adalah sifat anaditik dari proses berpikirnya penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir  yang menyandarkan diri kepada suatu analisa dan kerangka berpikir yang dipergunakan untuk analisis tersebut  adalah logika penalaran yang besangkutan. Artinya penalaran ilmiah merupakan suatu kegiatan analisis yang mempergunakan logika ilmiah.
1.2        Bentuk Penalaran
Bentuk-bentuk penalaran yang sering digunakan dalam wancana keseharian berupa penalaran asosiatif dan skema dissosiatif. Penalaran asosiatif berbentuk penalaran yang memasukkan beberapa unsure penalaran dan mengevaluasi atau mengorganisasikan unsur yang lainnya. Penalaran dissosiatif merupakan bentuk penalaran yang memisahkan atau mengurai unsur-unsur penalaran yang semula merupakan satu kesatuan . jenis penalaran assosiatif tersebut tidaklah mutlak hanya berupa satu jenis penalaran, tetapi lebih mengarah pada kecenderungan, terutama pada unsur bukti dan pembuktiannya.
1.3        Metode Penalaran
Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran. Ada dua jenis metode penalaran yaitu penalaran deduktif dan induktif :
  1. Metode Induktif
Metode berpikir induktif adalah suatu penalaran yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasi pengamatan empiric dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini panalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif.
  1. Metode Deduktif
Metode berpikir deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, ang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
referensi :

Selasa, 25 Oktober 2011

BAHASA


BAHASA
Cuneiform adalah salah satu bentuk bahasa tulisan yang pertama kali diketahui, tetapi bahasa lisan dipercaya mendahului tulisan paling tidak sejak sepuluh atau ribuan tahun sebelumnya.
Bahasa bisa mengacu kepada kapasitas khusus yang ada pada manusia untuk memperoleh dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks, atau kepada sebuah instansi spesifik dari sebuah sistem komunikasi yang kompleks. Kajian ilmiah terhadap bahasa dalam semua indra disebut dengan linguistik.
Sekitar 3000-6000 bahasa yang digunakan oleh manusia sekarang adalah suatu contoh yang menonjol, tapi bahasa alami dapat juga berdasarkan visual daripada rangsangan pendengaran, sebagai contoh pada bahasa isyarat dan bahasa tulis. Kode dan bentuk lain dari sistem komunikasi artifisial seperti yang digunakan untuk pemrograman komputer juga dapat disebut bahasa. Bahasa dalam konteks ini adalah sebuah sistem isyarat untuk menkodekan dan menterjemahkan informasi. Kata bahasa Inggris "language" yang diturunkan secara langsung dari Latin lingua, "language, tongue", lewat Prancis Tua. Hubungan metaforis antara bahasa dan lidah ada dalam banyak bahasa dan menjadi saksi dalam sejarah munculnya bahasa lisan. Bila digunakan sebagai konsep umum, "bahasa" mengacu pada kemampuan kognitif yang membuat manusia dapat belajar dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks.
Kemampuan bahasa manusia dikatakan pada dasarnya berbeda dari dan lebih tinggi tingkat kerumitannya daripada spesies lain. Bahasa manusia sangat rumit dimana ia berdasarkan sekumpulan aturan berkaitan dengan simbol dan makna, sehingga membentuk sejumlah kemungkinan penyebutan yang tak terbatas dari sejumlah elemen yang terbatas. Bahasa dikatakan berasal sejak hominid pertama kali mulai bekerja sama, mengadopsi sistem komunikasi awal yang berdasarkan pada isyarat ekspresif yang mengikutkan teori dari pikiran dan dibagi secara sengaja. Perkembangan tersebut dikatakan bertepatan dengan meningkatnya volume pada otak. Bahasa diproses pada otak manusia dalam lokasi yang berbeda, tetapi secara khusus berada di area Broca dan area Wernicke. Manusia mengakuisisi bahasa lewat interaksi sosial di masa balita, dan anak-anak sudah dapat berbicara secara fasih sekitar umur tiga tahun. Penggunaan bahasa telah bercokol dalam kultur manusia dan, selain digunakan untuk berkomunikasi dan berbagi informasi, ia juga memiliki fungsi sosial dan kultural, seperti untuk menandakan identitas suatu kelompok, stratifikasi sosial dan untuk dandanan sosial dan hiburan. Kata "bahasa" juga dapat digunakan untuk menjelaskan sekumpulan aturan yang membuat ia bisa ada, atau sekumpulan penyebutan yang dapat dihasilkan dari aturan tersebut.
Semua bahasa bergantung pada proses semiosis untuk menghubungkan sebuah isyarat dengan sebuah makna tertentu. Bahasa lisan dan isyarat memiliki sebuah sistem fonologikal yang mengatur bagaimana suara atau simbol visual digunakan untuk membentuk urutan yang dikenal sebagai kata atau morfem, dan sebuah sistem sintaks yang mengatur bagaimana kata-kata dan morfem digunakan membentuk frasa dan penyebutan. Bahasa tulis menggunakan simbol visual untuk menandakan suara dari bahasa lisan, tetapi ia masih membutuhkan aturan sintaks yang memproduksi makna dari urutan kata-kata. Bahasa-bahasa berubah dan bervariasi setiap waktu, dan sejarah evolusinya dapat direkonstruksi ulang dengan membandingkan bahasa moderen untuk menentukan ciri-ciri mana yang harus dimiliki oleh bahasa pendahulunya untuk perubahan nantinya dapat terjadi. Sekelompok bahasa yang diturunkan dari leluhur yang sama dikenal sebagai keluarga bahasa. Bahasa yang digunakan dunia sekarang tergolong pada keluarga Indo-Eropa, yang mengikutkan bahasa seperti Inggris, Spanyol, Rusia dan Hindu; Bahasa Sino-Tibet, yang melingkupi Mandarin Chinese, Cantonese dan lainnya; bahasa Semitik, yang melingkupi Arab, Amharic dan Hebrew; dan bahasa Bantu, yang melingkupi Swahili, Zulu, Shona dan ratusan bahasa lain yang digunakan di Afrika.
Definisi
Kata "bahasa" memiliki dua makna dasar: bahasa sebagai konsep umum, dan "sebuah bahasa" (sebuah sistem linguistik tertentu, contohnya ""Prancis"). Bahasa selain Inggris ada yang menggunakan dua kata yang berbeda untuk konsep yang berbeda. Prancis misalnya menggunakan kata langage untuk bahasa sebagai sebuah konsep dan langue sebagai instansi dari bahasa.
Bila berbicara bahasa sebagai konsep umum, beberapa definisi berbeda dapat digunakan untuk menekankan aspek yang berbeda dari fenomena.
Kemampuan mental, organ atau insting
Salah satu definisi melihat bahasa pada pokoknya sebagai kemampuan mental yang membuat manusia dapat menggunakan perilaku linguistik: untuk belajar bahasa dan menghasilkan dan memahami penyebutan. Definisi ini menekankan keuniversalan bahasa untuk semua manusia dan dasar biologis dari kapasitas manusia terhadap bahasa sebagai perkembangan yang unik terhadap otak manusia. Pandangan ini memahami bahasa secara garis besar bawaan lahir, sebagai contoh dalam teori Chomsky mengenai Tatabahasa Universal, teori ekstrim bawaan lahirnya Jerry Fodor . Definisi semacam ini sering diaplikasikan oleh orang yang mempelajari bahasa lewat kerangka ilmu kognitif dan dalam neurolinguistik.
Sistem simbolik formal
Definisi lain melihat bahasa sebagai sebuah sistem formal dari isyarat-isyarat yang diatur oleh aturan-aturan kombinasi tatabahasa untuk mengkomunikasikan suatu makna. Definisi ini menekankan fakta bahwa bahasa manusia dapat dijelaskan sebagai sistem terstruktur tertutup yang terdiri dari aturan-aturan yang menghubungkan isyarat tertentu terhadap makna tertentu. Pandangan strukturalis terhadap bahasa pertama kali diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure. Beberapa pendukung pandangan bahasa ini, seperti Noam Chomsky, mendefinisikan bahasa sebagai sebuah kumpulan kalimat yang dapat dihasilkan dari sekumpulan aturan tertentu. Sudut pandang strukturalis biasanya digunakan dalam logika formal, semiotik, dan dalam teori tatabahasa formal dan struktural, kerangka teoritikal yang banyak digunakan dalam penjelasan linguistik. Dalam filosofi bahasa pandangan ini berhubungan dengan filsuf seperti Bertrand Russell, Wittgenstein muda, Alfred Tarski dan Gottlob Frege.
Alat untuk komunikasi
Definisi lain dari bahasa adalah sebagai sebuah sistem komunikasi yang membuat manusia dapat bekerja sama. Definisi ini menekankan fungsi sosial dari bahasa dan fakta bahwa manusia menggunakannya untuk mengekspresikan dirinya sendiri dan untuk memanipulasi objek dalam lingkungannya. Pandangan bahasa ini berhubungan dengan kajian bahasa dalam fungsional atau kerangka pragmatis, serta dalam socio-linguistik dan antropologi linguistik. Dalam Filosofi bahasa pandangan ini sering dikaitkan dengan karya terakhir Wittgenstein dan dengan filsuf bahasa umum seperti G. E. Moore, Paul Grice, John Searle dan J. L. Austin.
Apa yang membuat bahasa manusia unik
Bahasa manusia unik bila dibandingkan dengan bentuk lain komunikasi, seperti yang digunakan oleh binatang, karena ia membolehkan manusia untuk menghasilkan penyebutan yang tak terbatas dari sekumpulan elemen yang terbatas, dan karena simbol dan aturan tatabahasa dari setiap bahasa secara kebanyakan sering berubah-ubah, sehingga sistem hanya dapat diperoleh melalui interaksi sosial. Sistem komunikasi yang digunakan binatang, di sisi lain, hanya dapat mengekspresikan sejumlah penyebutan terbatas yang umumnya ditransmisikan secara genetik. Bahasa manusia juga unik karena kompleksitas strukturnya telah berkembang untuk melayani seluas mungkin fungsi dibandingkan sistem komunikasi lainnya.
Kajian bahasa
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Linguistik dan Sejarah dari linguistik
Kajian tentang bahasa, linguistik, telah berkembang menjadi sains sejak deskripsi pertama tatabahasa dari bahasa tertentu di India lebih dari 2000 tahun lalu. Linguistik sekarang adalah sebuah sains yang memperhatikan semua aspek yang berhubungan dengan bahasa, memeriksanya dari semua sudut pandang yang telah dijelaskan di atas.
Bahasa dapat ditelaah dari banyak sudut dan untuk banyak tujuan: Sebagai contoh, Linguistik deskriptif membedah tatabahasa dari suatu bahasa sehingga orang dapat mempelajari bahasa tersebut; teoritikal linguistik mengembangkan teori terbaik untuk mengkonsepkan bahasa sebagai sebuah kajian; sociolinguistik mempelajari bagaimana bahasa digunakan untuk tujuan sosial, seperti membedakan wilayah atau kelompok sosial satu dengan yang lainnya; neurolinguistik mempelajari bagaimana bahasa diproses dalam otak manusia; komputasi linguistik membangun model komputasi bahasa dan membangun program untuk memproses bahasa alami; dan historikal linguistik menyelidiki sejarah bahasa dan keluarga bahasa dengan menggunakan metoda komparatif.
Ahli Tatabahasa awal
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Philology

Prasasti Tamil kuno di Kuil Brihadeeswara di Thanjavur
Kajian formal bahasa dimulai di India oleh Panini, ahli tatabahasa abad 5 BC yang memformulasikan 3.959 aturan dari morfologi Sanskrit. Panini mengklasifikasikan sistem suara Sanskrit menjadi konsonan dan harakat, dan kelas-kelas kata, seperti kata benda dan kata kerja, adalah yang pertama dikenal dalam jenisnya. Di Timur Tengah Sibawayh (سیبویه) membuat deskripsi rinci dari bahasa Arab pada tahun 760 AD dalam karya monumentalnya, Al-kitab fi al-nahw (الكتاب في النحو, The Book on Grammar, Buku tentang Tatabahasa), penulis pertama yang membedakan antara suara dan fonem (suara sebagai unit dari sistem linguistik).
Ketertarikan barat dalam pembelajaran bahasa bermulai hampir sama awalnya dengan Timur, tetapi ahli tatabahasa dari bahasa-bahasa klasik tidak menggunakan metoda atau menghasilkan kesimpulan yang sama dengan ahli di wilayah India. Ketertarikan awal pada bahasa di Barat sebagai bagian dari filosofi, bukan terhadap deskripsi dari tatabahasanya. Yang pertama mendalami teori semantik adalah Plato dalam dialog Cratylus, dimana dia berargumen bahwa kata merupakan konsep yang abadi dan ada dalam dunia pemikiran. Karya ini adalah yang pertama menggunakan kata etimologi untuk menjelaskan sejarah dari makna kata.
Sekitar 280 BC salah satu didikan Alexander the Great membangun universitas (lihat Musaeum) di Alexandria, dimana institut philologis mempelajari tulisan kuno dan mengajarkan Greek kepada pembicara bahasa lain. Institut ini adalah yang pertama menggunakan kata "tatabahasa" dalam makna moderen, Plato telah menggunakan kata tersebut dalam makna sesungguhnya dalam "téchnē grammatikḗ" (Τέχνη Γραμματική, "art of writing", "seni menulis") yang merupakan salah satu judul karya terpenting dari institut Alexandria yang dibuat oleh Dionysius Thrax.
Pada masa abad pertengahan kajian bahasa digolongkan dibawah topik filologi, kajian mengenai bahasa dan tulisan kuno, diajarkan oleh Roger Ascham, Wolfgang Ratke dan John Amos Comenius.
Historisisme
Pada abad ke-18, penggunaan pertama dari metoda komparatif oleh William Jones memicu tumbuhnya komparatif linguistik. Bloomfield mengatributkan "karya terbaik pertama dalam ilmu linguistik di dunia" kepada Jacob Grimm, yang menulis Deutsche Grammatik. Ia kemudian diikuti oleh penulis lainnya menulis kajian komparatif yang mirip terhadap kelompok bahasa yang berbeda di Eropa. Kajian secara sains pada bahasa kemudian tersebar dari bahasa Indo-Eropa ke bahasa secara umum oleh Wilhelm von Humboldt, yang mana Bloomfield menyatakan:
"Kajian ini menerima fondasinya ditangan negarawan Prussia dan pelajar Wilhelm von Humboldt (1767-1835), terutama dalam terbitan pertama dari karyanya Kavi, Sastra dari bahasa Jawa, berjudul Über die Verschiedenheit des menschlichen Sprachbaues und ihren Einfluß auf die geistige Entwickelung des Menschengeschlechts ('Keberagaman Struktur dari Bahasa Manusia dan Pengaruhnya terhadap Perkembangan Mental dari Ras Manusia')."
Strukturalisme
Awal abad 20-an, de Saussure memperkenalkan ide tentang bahasa sebagai "kode sematik".  Kontribusi tambahan yang besar yang mirip dengan ide tersebut juga datang dari Hjelmslev, Emile Benveniste dan Roman Jakobson, yang dikarakterisasikan sebagai sangat sistematik.
Bahasa dan bagian-bagiannya
Bila menjelaskan sistem komunikasi simbolik, bahasa secara tradisional terdiri dari tiga bagian: isyarat, makna, dan sebuah kode yang menghubungkan isyarat dengan maknanya. Kajian bagaimana isyarat dan makna digabungkan, digunakan dan diinterpretasikan disebut dengan semiotik. Isyarat dapat dihasilkan dari suara, gestur, huruf atau simbol, bergantung kepada apakah suatu bahasa diucapkan, diisyaratkan atau ditulis, dan semuanya dapat digabungkan menjadi isyarat kompleks seperti kata dan kalimat. Pada saat digunakan untuk berkomunikasi sebuah isyarat disandikan dan dikirim oleh pengirim lewat sebuah kanal kepada penerima yang akan menterjemahkannya (sebuah sinyal).
Beberapa properti yang membedakan bahasa manusia dengan sistem komunikasi lainnya adalah: kesembarangan dari isyarat linguistik, yang berarti tidak adanya koneksi yang terprediksi antara isyarat linguistik dan maknanya; dualitas dari sistem linguistik, yang berarti struktur linguistik dibuat dengan menggabungkan elemen-elemen menjadi struktur luas yang dapat dilihat dalam tingkatan, contohnya: bagaimana suara membentuk kata dan kata membentuk kalimat; elemen-elemen bahasa yang berlainan, yang berarti elemen pembentuk isyarat linguistik terbentu dari unit yang berlainan, contohnya suara dan kata, yang dapat dibedakan satu sama lain dan tersusun ulang dalam pola yang berbeda; dan produktivitas dari sistem linguistik, yang berarti elemen linguistik yang terbatas dapat digabungkan menjadi kombinasi yang tak terbatas secara teori.
Aturan mengenai isyarat mana yang dapat digabungkan membentuk kata dan kalimat disebut dengan sintaks atau tatabahasa. Suatu makna yang terhubung kesetiap isyarat-isyarat, kata-kata dan kalimat disebut dengan semantik. Pembagian bahasa dalam suatu sistem isyarat dan makna yang terhubung tetapi berbeda dapat dilihat kebelakang berdasarkan kajian linguistik dari de Saussure dan sekarang digunakan hampir disemua bagian linguistik.
Semantik
Bahasa mengekspresikan makna dengan mengaitkan sebuah isyarat dengan maknanya. Bahasa tersebut haruslah memiliki kosa kata isyarat yang berkaitan dengan makna tertentu -- isyarat Inggris dari "anjing" menandakan, misalnya, anggota dari jenis Canis. Dalam sebuah bahasa, susunan dari isyarat yang berubah-ubah yang terhubung kepada makna tertentu disebut dengan lexicon, dan sebuah isyarat yang terhubung ke sebuah makna disebut dengan lexeme. Tidak semua makna dalam sebuah bahasa direpresentasikan oleh satu kata -- terkadang konsep semantik terkandung dalam morfologi atau sintaks dari suatu bahasa dalam bentuk kategori tatabahasa. Semua bahasa memiliki struktur semantik dari predikat -- sebuah struktur yang mendasarkan sebuah properti, keadaan atau aksi yang memiliki nilai benar, misalnya: ia bisa benar atau salah tentang sebuah entitas, contohnya: "[x [is y]]" atau "[x [does y]]."
Suara dan simbol
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Fonologi
Cara suatu bahasa diucapkan menggunakan suara untuk membentuk suatu makna dikaji dalam fonologi. Kajian bagaimana manusia menghasilkan dan memaknakan suara vokal disebut dengan fonetik. Dalam bahasa ucapan makna dikonstruksi bila suara menjadi bagian dari sistem dimana beberapa suara dapat berkontribusi untuk mengekspresikan suatu makna dan suara lainnya tidak. Dalam setiap bahasa yang ada dari sekian banyak suara yang dapat dibuat oleh vokal manusia hanya sejumlah suara yang berkontribusi dalam pembentukan makna.
Suara sebagai bagian dari sistem linguistik disebut dengan fonem. Semua bahasa ucapan memiliki sedikitnya dua kategori fenom berbeda: harakat dan konsonan yang dapat digabungkan menjadi suku kata. Selain segmen seperti harakat dan konsonan, beberapa bahasa juga menggunakan suara dengan cara berbeda untuk menyampaikan suatu makna. Banyak bahasa, misalnya, menggunakan penekanan, aksen, durasi dan nada untuk membedakan makna. Karena fenomena seperti ini bekerja diluar dari sebuah segmen mereka disebut dengan suprasegmental.
Aksara merepresentasikan suara dari perkataan manusia menggunakan simbol visual. Alfabet latin (dan yang berbasis atau diturunkan darinya) adalah berbasiskan representasi dari suatu suara, sehingga kata-kata terbentuk dari huruf-huruf yang secara umum menandakan sebuah konsonan atau harakat dalam struktur dari kata. Dalam naskah suku kata, seperti naskah Inuktitut, setiap isyarat merepresentasikan seluruh suku kata. Dalam naskah logographic setiap isyarat merepresentasikan seluruh kata. Karena semua bahasa memiliki jumlah kata yang sangat banyak, tidak ada naskah logographic yang diketahui eksis. Untuk merepresentasikan suara dari bahasa-bahasa di dunia dalam penulisan, linguis telah mengembangkan International Phonetic Alphabet, dirancang untuk merepresentasikan semua suara yang berbeda yang telah diketahui untuk membantu pemaknaan dalam bahasa manusia.
Tatabahasa
Artikel utama untuk bagian ini adalah: tatabahasa
Tatabahasa adalah kajian bagaimana elemen-elemen makna (morfem) dalam suatu bahasa dapat digabungkan menjadi pengucapan. Morfem dapat bebas atau terikat. Jika mereka bebas berpindah dalam pengucapan, mereka biasanya disebut dengan kata, dan jika mereka terikat dengan kata atau morfem lainnya, mereka disebut dengan afiks. Bagaimana suatu elemen makna dapat digabungkan dalam suatu bahasa dikontrol oleh aturan-aturan. Aturan-aturan untuk mendapatkan struktur internal kata disebut dengan morfologi. Aturan-aturan dari struktur internal dari frase dan kalimat disebut dengan sintaks. Dalam tradisi generativis Chomsky morfologi dilihat sebagai bagian dari sintaks.
Kategori Tatabahasa
Tatabahasa membantu menghasilkan makna dengan mengkodekan perbedaan semantik dalam bentuk yang sistematik. Hasil yang terprediksi dari sistemisasi tersebut membuat pengguna bahasa dapat menghasilkan dan memahami kata dan makna baru dengan mengaplikasikan pengetahuannya mengenai kategori gramatikal bahasa.
Bahasa-bahasa berbeda secara luas dalam apakah suatu kategori dikodekan lewat penggunaan unit kategori atau leksikal. Namun, beberapa kategori sangat umum sehingga hampir universal. Kategori universal itu termasuk pengkodean relasi gramatikal dari peserta dan predikat secara tatabahasa berbeda antara relasinya terhadap predikat, pengkodean dari relasi sementara dan spasial pada predikat, dan sistem dari pelaku gramatikal mengatur acuan dan perbedaan antara pembicara dan penerima dan tentang siapa yang mereka bicarakan.
Kelas-kelas kata
Bahasa mengelompokkan bagian-bagian dari pembicaraan menjadi kelas-kelas bergantung kepada fungsi dan posisi relatif terhadap bagian lainnya. Semua bahasa, misalnya, memiliki perbedaan mendasar antara sekelompok kata yang secara prototipikal mengacu pada sesuatu dan konsep dan sekelompok kata yang secara prototipikal mengacu pada aksi dan kejadian. Kelompok pertama, yang mengikutkan kata seperti "anjing" dan "lagu", biasanya disebut dengan kata benda. Kelompok kedua, yang mengikutkan kata seperti "lari" dan "menyanyi", disebut dengan kata kerja. Kategori umum lainnya adalah Kata sifat, kata-kata yang menjelaskan properti atau kualitas dari kata benda seperti "merah" atau "besar".
Kelas-kelas kata juga memiliki fungsi berbeda dalam tatabahasa. Kata kerja prototipikal digunakan untuk membentuk predikat, sementara kata benda digunakan sebagai argumen dari predikat. Dalam kalimat seperti "Sally lari," predikatnya adalah "lari," karena ia merupakan kata yang menandakan keadaan tertentu tentang argumennya "Sally". Beberapa kata kerja seperti "sumpah" bisa saja memerlukan dua argumen, contohnya: "Sally menyumpahi John". Predikat yang hanya menggunakan satu argumen disebut dengan intransitif, dan predikat yang memakai dua argumen disebut dengan transitif.
Banyak kelas-kelas lain yang ada di bahasa yang berbeda, seperti konjungsi yang berguna untuk menggabungkan dua kalimat dan klausa yang memperkenalkan sebuah kata benda.
Morfologi
Banyak bahasa menggunakan proses morfologi infleksi untuk merubah atau mengembangkan makna dari kata-kata. Dalam beberapa bahasa kata terdiri dari beberapa unit makna yang disebut morfem, kata bahasa Inggris "unexpected" dapat dianalisa terdiri dari tiga morfem "un-", "expect" dan "-ed". Morfem dapat dikelaskan berdasarkan apakah mereka akar dimana morfem yang lain terikat dengan afiks ditambahkan, dan morfem terikat dapat dikelompokan berdasarkan posisinya dalam relasi terhadap akarnya: prefiks lebih dulu dari akar, sufiks setelah akar dan infiks dimasukkan diantara akar. Afiks bertujuan untuk merubah atau mengembangkan makna dari akar. Beberapa bahasa mengganti makna dari kata dengan merubah struktur fonologi dari kata, contohnya kata Inggris "run" dengan kata kerja masa lampaunya adalah "ran". Lebih lanjut morfologi membedakan antara proses infleksi yang merubah atau mengembangkan kata, dan derivasi yang membuat kata baru dari kata yang sudah ada -- contohnya kata Inggris "sing" yang dapat menjadi "singer" dengan menambahkan morfem derivasi -er untuk mendapatkan kata benda dari kata kerja. Bahasa-bahasa berbeda secara luas dalam seberapa banyak mereka bergantung kepada morfologi -- beberapa bahasa, secara tradisional disebut dengan bahasa polisintetik, menggunakan morfologi secara ekstensif, sehingga ia mengekspresikan seluruh kalimat bahasa Inggris dalam satu kata. Contohnya kata Greenlandic "oqaatiginerluppaa"" "Ia memburuk-burukan tentang dia" yang terdiri dari akar ogaa dan enam sufiks.
Sintaks
Artikel utama untuk bagian ini adalah: syntax
Bahasa yang menggunakan infleksi untuk menyampaikan makna terkadang tidak memiliki aturan kuat untuk urutan kata dalam suatu kalimat. Contohnya dalam latin "dominus servos vituperabat" dan "servos vituperabat dominus" berarti "tuan menyumpahi budak", karena "servos" "budak" ada dalam kausa akusativ memperlihatkan bahwa ia adalah objek dalam tatabahasa dari kalimat dan "dominus" "tuan" ada dalam kausa nominatif memperlihatkan bahwa ia adalah subjek. Bahasa lain, namun, menggunakan sedikit atau tanpa proses infleksi tapi menggunakan urutan kata-kata dalam kaitannya satu sama lain untuk menghasilkan makna. Contohnya dalam bahasa Inggris dua kalimat "budak-budak menyumpahi tuannya" dan "tuan menyumpahi budak-budak" memiliki arti yang berbeda karena aturan subjek dalam tatabahasa disandikan dengan kata benda berada di depan kata kerja dan aturan objek disandikan dengan kata benda muncul setelah kata kerja.
Maka sintaks, memiliki kaitan dengan urutan kata dalam kalimat, dan secara spesifik bagaimana kalimat kompleks terstruktur dengan mengelompokkan kata-kata dalam unit-unit, disebut dengan frasa, yang dapat menempati tempat berbeda dalam struktur sintaktik yang luas. Dibawah ini adalah representasi grafik dari analisis sintaktik dari kalimat "the cat sat on the mat". Kalimat dianalisa terbagi oleh frasa kata benda, kata kerja dan frasa preposisi; frasa preposisi terbagi lagi menjadi preposisi dan frasa kata benda; dan frasa kata benda terdiri dari klausul dan kata benda.
Bahasa dan kultur
Lihat pula: Culture
"The Tower of Babel" oleh Pieter Bruegel the Elder. Oil on board, 1563.
The Tower of Babel simbolisasi dari terpecahnya umat manusia oleh banyaknya lidah yang disediakan lewat intevensi surgawi.
Bahasa, dipahami sebagai kumpulan norma-norma perkataan dari komunitas tertentu, juga termasuk bagian dari kultur yang lebih besar dari komunitas yang menggunakannya. Manusia menggunakan bahasa sebagai cara memberikan sinyal identitas antara grup kultur dan perbedaan dengan yang lainnya. Bahkan diantara pembicara dalam satu bahasa beberapa cara berbeda dalam menggunakan bahasa masih ada, dan setiapnya digunakan untuk memberikan sinyal pertalian antara subgrup dalam satu kultur yang besar. Linguis dan antropologis, terutama sociolinguistic, ethnolinguists dan linguistic anthropologists telah mengkhususkan mengkaji bagaimana cara berbicara bisa berbeda antara komunitas.
Cara komunitas menggunakan bahasa adalah bagian dari kultur komunitas tersebut, seperti praktek-praktek berbagi lainnya, ia merupakan cara untuk menunjukkan identitas grup. Cara-cara berbicara tidak hanya untuk berkomunikasi, tetapi juga untuk mengidentifikasikan posisi sosial dari pembicara. Linguis menggunakan istilah variasi, sebuah istilah yang meliputi dialek secara geografi atau sosialkultural dan juga jargon atau gaya dari subkultur, untuk mengacu pada cara yang berbeda dalam pengucapan bahasa. Anthropologi linguistik dan sosiologi bahasa menjelaskan gaya komunikasi sebagai cara suatu bahasa digunakan dan dipahami dalam kultur tertentu.
Bahasa tidak hanya berbeda dalam pengucapan, kosa kata atau tatabahasa, tetapi juga berbeda dalam "kultur berbicara". Beberapa kultur sebagai contohnya memiliki sistem yang rumit dalam "sosial deixis", sistem pemberian sinyal jarak sosial lewat makna linguistik. Dalam bahasa Inggris, sosial deixis diperlihatkan biasanya lewat perbedaan dalam memanggil orang dengan nama pertama dan yang lain dengan nama keluarga, tetapi juga dengan gelar separti "Nyonya", "anak", "Doktor" atau "Yang Mulia", tatapi dalam bahasa lain sistem seperti ini bisa sangat kompleks dan dikodifikasi dalam tatabahasa dan kosa kata dari bahasa tersebut. Misalnya, dalam beberapa bahasa di Asia timur, seperti Thai, Burma dan jawa, kata yang berbeda digunakan bergantung kepada apakah pembicara berbicara kepada seseorang yang lebih tinggi atau rendah tingkatnya dari dirinya sendiri dalam sebuah sistem tingkatan dimana binatang dan anak-anak berada di tingkat rendah dan dewa-dewi dan anggota kerajaan sebagai yang tertinggi.
Asal mula

Tengkorak dari Homo Neanderthalensis ditemukan di La Chapelle Aux Saints, Prancis. Masih belum diketahui apakah manusia Neanderthal memiliki bahasa.
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Asal mula bahasa
Teori tentang asal mula bahasa dapat dibagi berdasarkan asumsi dasarnya. Beberapa teori berdasarkan ide bahwa bahasa sangat kompleks sehingga tidak dapat dibayangkan ia timbul dari ketiadaan sehingga menjadi seperti sekarang, tapi ia pastilah berkembang dari sistem pra-linguistik bersama dengan nenek moyang pra-manusia. Teori ini dapat disebut dengan teori berdasarkan keberlanjutan. Sudut pandang berlawanan yaitu bahwa bahasa adalah ciri unik manusia yang tidak dapat dibandingkan dengan apapun yang ada di selain-manusia dan oleh sebab itu ia pastilah muncul mendadak pada saat transisi dari pra-hominid ke awal manusia. Teori ini dapat didefinisikan sebagai berbasis ketidakberlanjutan. Demikian juga beberapa teori melihat bahasa sebagai kemampuan lahir yang secara garis besar dikodekan dalam genetik, sementara yang lain melihatnya sebagai sistem yang besar secara kultur, yang dipelajari lewat interaksi sosial. Satu-satunya lawan yang menonjol dari teori ketidakberlanjutan dari bahasa manusia adalah Noam Chomsky yang tidak memberikan skenario tentang bagaimana bahasa manusia muncul. Teori berbasis keberlanjutan sekarang dipegang oleh kebanyakan ilmuwan, tetapi mereka beragam dalam melihat perkembangannya. Bagi mereka yang melihat bahasa umumnya bawaan lahir, contohnya Steven Pinker, menganggapnya mendahului kesadaran binatang, sebaliknya mereka yang melihat bahasa sebagai alat komunikasi sosial yang dipelajari, seperti Michael Tomasello melihatnya berkembang dari komunikasi binatang, baik itu gestur primata atau komunikasi vokal. Model berbasis keberlanjutan lainnya melihat bahasa berkembang dari musik.
Karena timbulnya bahasa berada sebelum prasejarah manusia, perkembangan yang berkaitan tidak meninggalkan jejak sejarah dan tidak ada proses perbandingan yang dapat diobservasi pada saat sekarang. Teori yang menekankan keberlanjutan sering melihat pada binatang untuk melihat jika, misalnya, primata memperlihatkan ciri-ciri yang dapat dilihat sebagai analogi terhadap bentuk bahasa dari pra-manusia. Secara alternatif fosil awal manusia dapat diinspeksi untuk melihat jejak-jejak adaptasi fisik dari penggunaan bahasa atau bentuk jejak-jejak pra-linguistik dari perilaku simbolik.
Secara umum tak terbantahkan bahwa pra-manusia australopithecine tidak memiliki sistem komunikasi yang secara signifikan berbeda dengan yang ditemukan pada kera besar secara umum, tetapi para ahli memiliki opini yang berbeda-beda terhadap perkembangan sejak munculnya Homo sekitar 2,5 juta tahun yang lalu. Beberapa ahli mengasumsikan perkembangan sistem mirip-bahasa primitif (proto-bahasa) sama awalnya dengan Homo habilis, sementara ahli lainnya menempatkan perkembangan komunikasi simbol primitif hanya dengan Homo erectus (1,8 juta tahun yang lalu) atau Homo heidelbergensis (0,6 juta tahun yang lalu) dan perkembangan bahasa pada Homo sapiens kurang dari 100.000 tahun lalu.
Analisis linguistik, yang digunakan oleh Johanna Nichols, seorang linguis dari University of California, Berkeley, untuk memperkirakan waktu yang diperlukan untuk sampai pada persebaran dan keberagaman seperti bahasa moderen sekarang, mengindikasikan bahwa bahasa vokal timbul sekitar 100.000 tahun lalu.
Bahasa alami
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bahasa alami
Bahasa manusia biasanya disebut dengan bahasa alami, dan ilmu yang mengkajinya jatuh pada bidang linguistik. Progres umum dari bahasa alami adalah mereka dianggap pertamanya diucapkan dan kemudian ditulis, dan pemahaman dan penjelasan dari tatabahasa mereka adalah diusahakan kemudian.
Bahasa itu hidup, mati, terbelah, berpindah dari suatu tempat ke tempat lain, dan berubah seiring dengan waktu. Setiap bahasa yang berhenti berubah atau berkembang dikategorikan sebagai bahasa mati. Kebalikannya, setiap bahasa yang selalu dalam keadaan berubahan diketahui sebagai bahasa hidup atau bahasa moderen. Karena alasan tersebut tantangan terbesar dari pembicara bahasa asing adalah untuk tetap berendam dalam bahasa tersebut dengan tujuan untuk dapat mengikuti perubahan dari bahasa tersebut.
Membuat sebuah perbedaan yang berprinsip antara satu bahasa dan lainnya terkadang hampir tidak mungkin. Misalnya, ada beberapa dialek bahasa Jerman yang mirip dengan dialek bahasa Belanda. Transisi antara bahasa dalam bahasa keluarga yang sama terkadang bertingkat-tingkat (lihat rangkaian dialek).
Beberapa condong membuat persamaan dengan biologi, dimana tidak mungkin membuat perbedaan yang jelas antara satu spesies dengan spesies yang lain. Dalam setiap kasus, kesulitan tertinggi mungkin berada pada interaksi antara bahasa dan populasi. (Lihat Dialek atau August Schleicher untuk diskusi lebih panjang.)
Konsep dari Ausbausprache, Abstandsprache and Dachsprache digunakan untuk membuat pembedaan lebih halus tentang tingkat perbedaan antara bahasa atau dialek.
Bahasa isyarat adalah sebuah bahasa yang, bukannya disampaikan menggunakan pola suara secara akustik, menggunakan pola isyarat yang dikirim secara visual (komunikasi manual, bahasa tubuh) untuk menyampaikan makna -- secara simultan menggabungkan pola tangan, orientasi dan pergerakan tangan, lengan atau tubuh, dan ekpresi wajah untuk mengekspresikan pikiran pembicara secara lancar. Ratusan bahasa isyarat digunakan diseluruh dunia dan sebagai inti dari kultur Tuli lokal.
Bahasa Artifisial

Buku pertama yang diterbitkan tentang Esperanto, bahasa bentukan yang digunakan hampir sedunia.
Bahasa artifisial adalah sebuah bahasa yang mana fonologi, tatabahasa, dan/atau kosa kata nya telah dirancang atau dimodifikasi secara sadar oleh individu atau kelompok, bukan berkembang secara alami. Banyak alasan untuk membuat sebuah bahasa: untuk mempermudah komunikasi manusia (lihat international auxiliary language dan kode); untuk mengangkat fiksi atau dunia khayalan menjadi hidup; untuk eksperimentasi linguistik; untuk kreasi artistik; dan untuk permainan bahasa.
Ekspresi dari "bahasa terencana" terkadang digunakan untuk mengartikan bahasa bantu internasional dan bahasa bentukan lainnya untuk penggunaan nyata dalam komunikasi manusia. Beberapa lebih menyukai istilah "artifisial" yang mungkin memiliki konotasi buruk dalam beberapa bahasa. Di luar komunitas Esperanto, istilah bahasa terencana berarti resepnya berada pada bahasa alami untuk menstandarkannya; dalam hal ini, bahkan "bahasa alami" mungkin artifisial dalam hal-hal tertentu. tatabahasa preskriptif, yang ada pada masa kuno untuk bahasa klasik seperti Latin, Sanskrit, dan Cina adalah kodifikasi berbasis aturan dari bahasa alami, kodifikasinya berada diantara seleksi alami yang naif dan perkembangan bahasa dan konstruksinya yang jelas.

Tabel ASCII, skema untuk pengkodean rangkaian karakter.
Matematik, Logik dan ilmu komputer menggunakan entitas artifisial yang disebut bahasa formal (termasuk bahasa pemrograman dan bahasa markup, dan beberapa yang lebih ke teori secara alami). Semua itu menggunakan bentuk rangkaian karakter, diproduksi oleh kombinasi dari tatabahasa formal dan kompleksitas semantik yang berubah-ubah.
Bahasa pemrograman adalah bahasa formal diberkahi dengan semantik yang dapat digunakan untuk mengkontrol perilaku dari mesin, terutama komputer, untuk melakukan pekerjaan tertentu. Bahasa pemrograman dibentuk menggunakan aturan sintaks dan semantik, untuk menentukan struktur dan makna secara berurutan.
Bahasa pemrograman digunakan untuk memfasilitasi komunikasi mengenai pekerjaan tentang pengorganisasian dan manipulasi informasi, dan untuk mengekspresikan algoritma secara tepat. Beberapa penulis membatasi istilah "bahasa pemrograman" untuk bahasa yang dapat mengekspresikan semua algoritma yang ada; terkadang istilah "bahasa komputer" juga digunakan terhadap bahasa artifisial yang lebih terbatas.
Komunikasi binatang
Artikel utama untuk bagian ini adalah: bahasa binatang

Tarian kibasan berbentuk-angka-delapan dari Lebah madu (Apis mellifera) mengindikasi sumber makanan diarah kanan matahari dari luar kandang. Perut dari penari tampak mengabur karena pergerakan cepat dari sisi ke sisi.
Istilah "bahasa binatang" sering digunakan untuk sistem komunikasi selain-manusia. Linguistik dan semiotisian tidak mempertimbangkan mereka sebagai "bahasa" sejati, tetapi menggambarkan mereka sebagai komunikasi binatang berdasarkan sistem isyarat tidak-simbolis, karena interaksi antara binatang dalam berkomunikasi secara fundamental berbeda secara mendasar dari bahasa manusia. Menurut pendekatan ini, sejak binatang tidak lahir dengan kemampuan memahami istilah "kultur", saat diaplikasikan ke komunitas binatang, dipahami mengacu pada sesuatu yang secara kualitas berbeda dengan yang ada di komunitas manusia. Bahasa, komunikasi dan kultur adalah hal-hal kompleks yang diantara manusia. Anjing mungkin saja secara sukses mengkomunikasikan keadaan emosi agresifnya dengan menggeram, yang mungkin atau tidak mungkin menyebabkan anjing lainnya menjauh atau mundur. Hal yang sama, pada saat manusia berteriak dalam ketakutan, ia mungkin atau tidak mungkin memberitahu manusia lain akan adanya bahaya. Keduanya mencontohkan komunikasi, tapi keduanya bukan yang secara umum dikenal dengan bahasa.
Dalam beberapa contoh publikasi, binatang selain manusia telah diajarkan untuk memahami beberapa fitur dari bahasa manusia. Karl von Frisch menerima hadiah Nobel ditahun 1973 untuk pembuktian komunikasi isyarat dan variannya pada lebah. Simpanse, gorila, dan orangutan telah diajarkan isyarat tangan berbasis American Sign Language. Burung beo Abu-abu Afrika, Alex, yang memiliki kemampuan meniru perkataan manusia dengan tingkat akurasi yang tinggi, dianggap memiliki inteligensi yang cukup untuk memahami apa yang ia tiru. Walaupun binatang dapat diajarkan untuk memahami bagian dari bahasa manusia, mereka tidak dapat menghasilkan sebuah bahasa.
Bila pendukung dari sistem komunikasi binatang telah mendebatkan tingkat dari semantik, sistem ini belum ditemukan yang mendekati sintaks pada bahasa manusia.

Referensi
·         Bloomfield, Leonard (1914). An introduction to the study of language. New York: Henry Holt and Company.
·         Baepler, Paul (2003). "White slaves, African masters". The ANNALS of the American Academy of Political and Social Science 588 (1): 90–111. doi:10.1177/0002716203588001007.
·         Chakrabarti, Byomkes (1994). A comparative study of Santali and Bengali. Calcutta: K.P. Bagchi & Co. ISBN 81-7074-128-9.
·         Crystal, David (1997). The Cambridge Encyclopedia of Language. Cambridge: Cambridge University Press.
·         Crystal, David (2001). The Cambridge Encyclopedia of the English Language. Cambridge: Cambridge University Press.
·         Gode, Alexander (1951). Interlingua-English Dictionary. New York: Frederick Ungar Publishing Company.
·         Hobbes, Thomas (2008) [1651]. Leviathan. Forgotten Books.
·         Holquist, Michael (1981). "Introduction". di dalam Bachtin, Michail M. The Dialogic Imagination: Four Essays. Austin and London: University of Texas Press.
·         Kandel, ER; Schwartz, JH; Jessell, TM (2000). Principles of Neural Science (edisi ke-fourth). New York: McGraw-Hill. ISBN 0-8385-7701-6.
·         Katzner, K (1999). The Languages of the World. New York: Routledge.
·         McArthur, T (1996). The Concise Companion to the English Language. Oxford: Oxford University Press.
·         Nöth, Winfried (1995). Handbook of semiotics. Bloomington: Indiana University press.
·         Saussure, Ferdinand de; Harris, Roy, Translator (1983) [1913]. Bally, Charles; Sechehaye, Albert. eds. Course in General Linguistics. La Salle, Illinois: Open Court. ISBN 0-8126-9023-0.
·         Zvelebil, Kamil (1973). The smile of Murugan on Tamil literature of South India. Leiden: Brill.