1. Prasangka Buruk (Negative Thinking).
Prasangka buruk merupakan belenggu yang sangat berbahaya bagi diri kita, karena belenggu ini selalu membuat kita bepikir tidak baik (negative thinking) akan sifat dan prilaku seseorang terhadap kita maupun orang lain, hal ini menyebabkan suara hati kita yang selalu ingin berpikir posifit menjadi tertutup oleh belenggu ini, maka dari itu kita harus selalu berpikir positif (positive thinking) kepada orang lain supaya terbebas dari prasangka buruk.
2. Prinsip-Prinsip Hidup.
Di era global ini banyak prinsip-prinsip hidup yang menghebohkan dunia, prinsip hidup yang dipikirkan dan diyakini itu telah menciptakan berbagai tipe pemikiran tersendiri. Hasilnya ingin dianggap hebat, mengerikan atau menakutkan. Prinsip hidup yang terkenal adalah hara-kiri di Jepang, dimana bila seorang merasa bersalah atau putus asa, ia akan menusukkan pedang katana (samurai) kearah perut dan merobek lambungnya hingga mati secara perlahan, prinsip-prinsip atau ideology seperti itu yang dapat membuat kita tidak bekembang dan cenderung mundur, maka dari itu berprinsiplah pada suatu yang hakiki dan pasti.
3. Kepentingan.
Prinsip akan menghasilkan kepentingan, dan kepentingan akan menentukan prioritas tindakan. Prinsip hara-kiri akan menghasilkan orang-orang yang sangat mudah putus asa dan takut untuk mencoba sesuatu hal yang sama tanpa takut gagal lagi, kita sebagai manusia harus mendengarkan suara hati kita, berpirirlah secara melingkar atau seobjektif mungkin, sebelum menentukan prioritas dan kepentingan,
4. Pengalaman.
Pepatah asing mengatakan the experience is the best teacher atau pengalaman adalah guru terbaik, pada dasarnya hal itu tidak salah akan tetapi kebanyakkan manusia menggunakan pengalaman bukan untuk sebagai suatu pelajaran melainkan masa lalu yang tidak mengenakandan tidak ingin terulang, ini membuat kita akan semakin terpuruk akan pengalaman-pengalaman itu, harusnya kita tak takut untuk terus mencoba dan tidak perlu takut untuk gagal, serta jadikan pengalaman sebagai suatu hal untuk kita agar dapat melakukan suatu hal dengan lebih baik lagi.
5. Sudut pandang.
Sudut pandang antar manusia tentulah berbeda-beda, karena kita mempunyai suatu pemahaman yang berbeda beda, ada kalanya manusia mempertahakan sudut pandangnya pada suatu hal padahal belum tentu sudut pandangnya itu benar, disini kita sebagai makhluk sosial harus bisa menerima perbedaan sudut pandang antara kita dengan orang lain agar kita dapat bersatu dan suara hati kita tidak tertutup oleh sudut pandang yang belum tentu kebenarannya.
6. Literatur.
Literatur adalah suatu hal yang dapat menutup kemampuan dan jati diri kita, karena dengan hidup dengan leteratur seseorang hanya akan melakukan atau mengerjakan suatu hal hanya bila mendapat imbalan atau suatu penghargaan dari orang lain, jika setelelah melakukan sesutau tetapi tidak ada imblan atau penghargaan yang diberikan kepadanya, maka ia akan merasa kecewa dan putus asa, yang lebih parahnya lagi bila literatur-literatur itu menciptakan suatu paham yang bernama “fans berat”, hal ini tentu sangat berbahaya karena akan menciptakkan pribadi-pribadi peniru tanpa mengetahui siapa diri dia sebenarnya, maka dari itu “janganlah terbelenggu oleh literatur-literatur, berpikirlah dengan merdeka”.
7. Pembanding.
Pembanding merupakkan sifat dimana seseorang merasa sesuatu yang dipikirkan atau dimiliki lebih baik dibandingkan apa yang orang lain pikirkan atau orang lain miliki, seperti contoh pada hal kepemilikikan,hari ini seseorang mempunyai handphone terbaru dengan fitur-fitur update dengan harga selangit, namun tidak lama kemudian, aka nada lagi orang uang memiliki handphone yang jauh lebih canggih dari yang dimilikinya. Pepatah mengatakkan “diatas langit masih ada langit”, maka dari itu kita harus memeriksa diri kita terlebih dahulu, sebelum menilai segala sesuatu dan jangan berpikir sesuatu dari apa yang kita pikirkan, tetapi lihatlah sesuatu dengan apa adanya.
sumber: http://saharione.blogspot.com/2010/11/belenggu-penutup-suara-hati.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar